Jember- Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridai Islam itu menjadi agama bagimu. (QS. Al- Maidah:3)
Agama Islam adalah agama yang lurus. Agama ini diwahyukan sebagai rahmat bagi manusia, hewan dan tumbuhan. Islam Rahmatan Lil Alamin telah mengajarkan setiap muslim agar hidup harmoni serta menjaga keseimbangan alam.
Tawazun merupakan sikap menyeimbangkan segala sesuatu dalam kehidupan. Hal tersebut dapat didefinisikan menggunakan dua dalil yaitu dalil ‘aqli (dalil yang bersumber akal pikiran) dan dalil naqli (dalil yang bersumber Al-quran dan Hadits). Ternyata hal tersebut dapat diartikan sebagai keseimbangan dunia dan akhirat.
Keseimbangan hidup manusia tetap terjaga apabila segala aspek yang mempengaruhi juga seimbang. Misalnya, ketika seseorang sukses di dunia maka begitu pula dengan akhirat. Kerja keras di dunia diiringi dengan ibadah kepada Allah SWT. Lalu Allah akan menentramkan hatinya. Sehingga hilanglah keraguan pada hatinya.
Pada suatu kisah. Ketika Abdullah bin Amr selalu melakukan ibadah puasa, sholat dan membaca Al-quran akan tetapi mengabaikan hak diri sendiri, keluarga dan saudaranya. Maka Rasulullah berkata:
“Wahai Abdullah bin Amr, telah sampai berita kepadaku bahwa kamu berpuasa sepanjang hari dan shalat sepanjang malam. Janganlah kamu lakukan, sebab jasadmu yang mempunyai hak atas dirimu, kedua matamu yang mempunyai hak atasmu, dan istrimu juga punya hak atasmu. Oleh karena itu, hendaknya kamu puasa dan juga berbuka. Berpuasalah tiga hari pada setiap bulannya, sebab itulah sebenarnya puasa sepanjang masa.” Saya berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya kuasa melakukannya.” Beliau⁰ bersabda, “Kalau begitu, berpuasalah sebagaimana puasa Daud AS, berpuasalah sehari dan berbukalah sehari. Di kemudian hari Abdullah bin Amr pun berkata, “Duhai. Sekiranya kau mengambil rukhsah (keringanan) itu”. (Muslim, kitab: puasa, bab larangan untuk puasa dah, Hadis no. 1973)
Hadits tersebut telah mengingatkan kita bahwa dunia sangat berarti bagi manusia. Sebab akan menjadi penjara bagi kaum mukmin dan surga bagi kaum kafir. Apabila dunia dan akhirat tidak seimbang, diibaratkan dengan manusia berjalan tapi dengan kaki pincang.
Lantas mengapa dunia disebut penjara dan surga? Menurut kaum muslim kehidupan duniawi sangat singkat. Maka mereka lebih fokus mempersiapkan diri menuju kehidupan abadi yakni akhirat. Sebaliknya dianggap surga sebab dunia prioritas awal. Mereka hanya mengutamakan faktor duniawi tanpa melibatkan faktor ubudiah.
Demikian juga, perihal tersebut telah dijelaskan dalam surah Al-Qashas ayat 77 yang berbunyi:
وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi.”(Surat Al-Qashas:77)
Cara Menjaga Keseimbangan Dunia dan Akhirat
Tawakal merupakan berserah diri sepenuhnya kepada Allah. Walaupun kita berusaha dan bekerja, akan tetapi tetap sadar bahwa segala hasil berada di tangan Allah. “Jika kamu semua bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, niscaya Dia akan memberimu rezeki bagaimana Dia memberi rezeki kepada burung, ia pergi dengan perut kosong dan kembali dengan perut penuh.”(HR. Ahmad)
2. Menerapkan Hidup yang Berkualitas
Islam telah mengajarkan umatnya agar menjalani kehidupan yang berkualitas di dunia. Tidak hanya materi saja akan tetapi juga dari segi ubudiyah. Sehingga tercapai keseimbangan dunia dan akhirat.
3. Memposisikan Akhirat sebagai Tujuan Utama
Tujuan utama seorang Muslim adalah meraih kebahagiaan di akhirat. Segala pencapaian di dunia apabila tidak didasari dengan niat lillahi tatkala maka akan percuma. “Dunia ini (sifatnya) manis dan hijau (menarik). Dan sesungguhnya Allah telah menjadikannya sebagai awal penciptaan. Kemudian ia menjadi tempat menampung, dan setelah itu menjadi tempat pengujian (kehidupan dunia).”(HR. Muslim)
4. Bersikap Adil dan Ihsan
Sikap adil dalam perspektif Islam adalah menjaga keseimbangan dalam aspek kehidupan. Sedangkan ihsan merupakan bersosialisasi dengan sebaik mungkin kepada sesama makhluk.
Dengan demikian menjalankan ibadah sholat, puasa, zakat, dan berdzikir merupakan bentuk keimanan dan ketakwaan seorang Muslim. Akan tetapi dalam garis besar tidak meninggalkan kewajiban di dunia. Sehingga meninggalkan kewajiban kepada orang-orang sekitar.(Rb)