Jember- Di suatu malam di bulan Ramadhan, Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu duduk bersama keluarganya untuk makan sahur. Seperti biasa, Umar adalah orang yang tegas dan disiplin, tetapi di dalam rumah, dia juga dikenal memiliki selera humor yang khas.
Malam itu, makanan sahur yang disajikan hanyalah roti kering dan sedikit air. Umar menatap makanannya, lalu berkata kepada istrinya dengan nada bercanda, “Wahai istriku, apakah kita sedang diuji seperti kaum Ashabul Kahfi? Mereka tidur selama 300 tahun dan ketika bangun, makanan mereka tetap sama!”
Istrinya hanya tersenyum dan berkata, “Wahai Amirul Mukminin, ini makanan sederhana agar engkau lebih kuat menjalani puasa.”
Umar mengangguk, lalu mengambil roti kering itu dan mulai menggigitnya dengan semangat. Namun, karena terlalu keras, giginya hampir saja patah! Dia pun berusaha melunakkannya dengan air sebelum menggigit lagi.
Melihat itu, salah satu pelayannya yang masih mengantuk ikut duduk dan berkata, “Wahai Amirul Mukminin, bolehkah aku tidak sahur saja? Aku khawatir gigiku tidak sekuat gigimu!”
Umar tertawa terbahak-bahak dan berkata, “Jangan takut! Jika gigimu patah karena sahur, aku akan memintakan gigi baru untukmu di surga!”
Semua orang di ruangan itu ikut tertawa. Akhirnya, mereka pun tetap menikmati sahur dengan penuh kebahagiaan, meskipun hanya dengan roti kering dan air.
Kisah ini mengajarkan kita bahwa bahkan sahabat Nabi yang tegas seperti Umar bin Khattab pun bisa bercanda dan menikmati kebersamaan saat sahur. Juga, meskipun makanan sahur sederhana, yang penting adalah niat dan keberkahan dalam menjalani ibadah puasa dengan penuh semangat dan kebahagiaan.(*)