Balung – Suasana sore hari di Pondok Pesantren Baitul Arqom Jember biasanya dipenuhi dengan berbagai kegiatan ekstrakurikuler. Dengan begitu kita bisa melihat keaktifan santri yang bermain Sepak Bola di lapangan, Voly, Belajar, dan lain-lain.
Demikianlah pesantren mendidik para civitasnya memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin. Hari-hari dilalui tanpa rebahan, tiada hari tanpa bergerak. Dari pagi hingga larut malam, santri dapat mengisi waktunya dengan berbagai macam kegiatan yang ada.
Selain aktivitas yang berkaitan dengan pengembangan kecerdasan akademik dalam aktivitas KBM di sekolah, di pondok pesantren, santri dapat mengembangkan kapasitas skill dan kemampuan non akademiknya dalam kegiatan ekstrakurikuler yang bermacam-macam sesuai dengan minatnya. Tak ayal, hal ini tentu dapat meningkatkan kesadaran sportivitas dan kesadaran berprestasi di bidang yang mereka minati tersebut.
Sedangkan, malam hari pun santri masih menjalankan kegiatan yakni belajar malam atau yang disebut dengan Muwajjah. Kegiatan ini berlangsung setelah shalat Isya’ hingga jam 09.00 WIB. Selama Muwajjah berlangsung, santri dapat belajar bersama pendamping masing-masing dan menanyakan apapun yang masih tidak dipahami dari bidang studi yang diajarkan di kelas. Selain itu, mereka juga dapat memanfaatkan waktu untuk hafalan, muroja’ah, mengerjakan tugas, maupun kerja kelompok.
Dari sini kita bisa mulai memahami bahwa banyak hal yang bisa kita dapatkan di dalam pondok pesantren. Seperti halnya dalam menuntut ilmu pengetahuan. Kita belajar bukan hanya di dalam kelas saja melainkan di lingkungan pun kita bisa mendapatkan pengetahuan yang sangat banyak. Kita bisa mengetahui arti dari kesabaran, kerjasama, kebersamaan, memahami satu sama lain, dan masih banyak pelajaran tentang kehidupan lainnya.
Dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ خَرَجَ فِى طَلَبِ الْعِلْمِ فَهُوَ فِى سَبِيلِ اللَّهِ حَتَّى يَرْجِعَ
“Barang siapa keluar dalam rangka menuntut ilmu, maka dia berada di jalan Allah sampai ia kembali.”
Jadi apapun yang terjadi di pondok pesantren, seluruh kegiatan yang dilakukan itu adalah bernilai pendidikan. Meski lelah, santri tak gentar. Meski mengantuk, santri tak surut. Meski terasa jauh berkelana, santri pantang menyerah, demi pemahaman agama yang lebih baik, demi profesionalitas akhlaqul karimah, dan demi mencari ridho Ilahi. Sebagaimana nasihat Imam Asy-Syafi’i: “Barangsiapa tak mau menahan lelahnya belajar maka ia akan menanggung perihnya kebodohan”. (Ail/Qr)