Oleh Ustadz Ahmad Lendra Ibadallah
إِنَّ الحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَغْفِرُهُ وَ نَسْتَهْدِي وَ نَتُوْبُ إِلَيْهِ وَ نَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَ مَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ, لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ, وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَهْلِ التُّقَى وَ الْوَفَى. أَمَّا بَعْدُ
فَيَا أَيُّهَا المُسْلِمُوْنَ ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فازَ مَنِ اتَّقَى
فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الكَرِيْمِ : أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ, يَأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ, يَأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا اتَّقُواْ اللهَ وَقُوْلُواْ قَوْلًا سَدِيْدًا, يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ, فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
Jamaah Jumat rahimakumullah..
Menjadi sebuah keniscayaan bagi kita selaku makhluk yang telah dikaruniai Allah nikmat yang tak bisa dihitung satu persatu untuk senantiasa memanjatkan rasa syukur Alhamdulillah.
Di antara nikmat yang tengah kita nikmati adalah masih diberinya kesempatan untuk menghirup udara segar dunia sehingga kita masih bisa terus beribadah meningkatkan ketakwaan dan keimanan kepada-Nya. Keimanan dan ketakwaan ini penting sebagai modal kita dalam kehidupan dunia dan juga akhirat.
Hal ini ditegaskan dalam QS Al-Baqarah ayat 197:
وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُوْنَ يَا أُوْلِى الأَلْبَابِ
“Berbekallah, dan sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.”
Jamaah Jumat rahimakumullah..
Upaya untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt. dapat diwujudkan dengan senantiasa menyadari bahwa Allah lah yang paling berkuasa atas hidup kita yang tidak ada kuasa di hadapan Allah. Semua sudah digariskan oleh Allah dan kita tinggal menjalankan tugas utama kita di dunia yakni beribadah atau menyembah Allah.
Allah SWT berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الجِنَّ وَالاِنْسَ اِلاَّ لِيَعْبُدُوْنِ
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (Ad Dzariyat : 56)
Jelas dan tegas. bahwa dalam ayat kita, manusia harus sadar, tunduk. Kita harus menerima segala yang ditakdirkan Allah. Karena kita dijadikan atas kehendak-Nya dan diberi rezeki sesuai dengan apa yang telah ditentukan. Tak seorang pun yang dapat memberikan manfaat atau mendatangkan mudharat karena semuanya adalah dengan kehendak Allah swt. Dan memerintahkan kita agar beribadah kepada Allah.
Pertanyaannya, seperti apa bentuknya ibadah yang harus kita lakukan dalam rangka menyembah Allah swt? Apakah ibadah itu hanya dalam bentuk semisal shalat, haji dan sejenisnya? Atau adakah ibadah-ibadah lain yang bisa kita lakukan untuk mewujudkan ketaatan kita kepada Allah?
Perlu kita ketahui, bahwa bentuk dan jenis ibadah sejatinya terbagi menjadi berbagai macam pembagian tergantung dari aspek apa kita menilainya. Namun secara umum, ibadah dibagi menjadi dua kategori yakni ibadah mahdhah dan ibadah ghairu mahdhah.
Secara garis besar, ibadah mahdhah atau ibadah khusus adalah ibadah yang telah ditetapkan oleh Allah, baik tata cara dan perincian-perinciannya seperti sifat, waktu, tempat dan lain sebagainya. Ibadah ini didasarkan pada dalil perintah yang ada di dalam Al-Qur’an maupun hadist. Pelaksanaannya juga harus berpola kepada apa yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan bersifat suprarasional atau di luar jangkauan akal. Contoh ibadah mahdhah ini adalah seperti shalat, zakat, puasa dan haji. Selain ibadah mahdhah yang bersifat ritual dan berasaskan kepatuhan dan ketaatan. Ada juga ibadah-ibadah ghairu mahdhah yang tata cara dan perincian-perinciannya tidak ditetapkan dengan detail. Ibadah ghairu mahdhah dapat berbentuk seperti zikir, dakwah, sedekah, berbuat baik pada orang lain, tolong menolong dan sebagainya.
Dari penjelasan ini kita bisa menilai bahwa sebenarnya cakupan ibadah di dunia ini sangatlah luas. Berbagai amal atau aktivitas kita di dunia bisa bernilai ibadah jika diniatkan dengan baik. Sehingga niat menjadi hal yang penting dalam kita memulai dan melakukan segala aktivitas dalam kehidupan kita sehari-hari. Niat menjadi pijakan awal. Apakah aktivitas yang kita lakukan nanti akan bernilai ibadah atau tidak.
Rasulullah bersabda dalam dalam sebuah hadits riwayat Muttafaq alaih:
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
“Sesungguhnya setiap amalan pastilah disertai dengan niat. Dan setiap pelaku amalan hanyalah mendapatkan apa yang ia niatkan.”
Oleh karena itu, pada kesempatan yang mulia ini, mari kita senantiasa menata niat dengan baik dan dalam menjalankan segala aktivitas kita di dunia ini agar senantiasa bisa memiliki nilai ibadah. Termasuk aktivitas kita dalam mencari nafkah bagi keluarga, harus diniatkan dengan ibadah. Jangan sampai kita bekerja hanya untuk mencari materi belaka sehingga lupa akan tugas utama kita yakni beribadah. Kita perlu menyadari bahwa bukan perbuatan yang terlihat seperti ibadah akhirat saja yang bakal mendapatkan pahala dan dihitung sebagai ibadah. Namun banyak pekerjaan kita sehari-hari yang terlihat menjadi urusan dunia namun karena niat yang baik dalam melaksanakannya hal itu bisa menjadi ibadah dan beramal akhirat.
Rasulullah bersabda:
كَمْ مِنْ عَمَلٍ يَتَصَوَّرُ بِصُوْرَةِ أَعْمَالِ الدُّنْيَا وَيَصِيْرُ بِحُسْنِ النِيَّةِ مِنْ أَعْمَالِ الأَخِرَةِ, كَمْ مِن عَمَلٍ يَتَصَوَّرُ بِصُوْرَةِ أَعْمَالِ الآخِرَةِ ثُمَّ يَصِيْرُ مِنْ أَعْمَالِ الدُّنْيِا بِسُوْءِ النِيَّةِ
Artinya: “Banyak sekali amal perbuatan yang tergolong amal keduniaan. Tapi karena didasari niat yang baik maka tergolong menjadi amal akhirat. Dan banyak sekali amal perbuatan tergolong amal akhirat, tapi ternyata ia tergolong amal dunia karena didasari niat yang buruk.”
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِيْ القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم.
(DGD/qr)