Balung – Keikhlasan adalah ruh dan prinsip hidup yang wajib ditanamkan dalam hati setiap insan. Karena terkadang dalam sebuah lika-liku kehidupan disadari banyak cobaan dan rintangan yang menghadang. Hal ini memanglah tidak dapat dipungkiri oleh setiap mahluk hidup. Tinggal bagaimana menyikapinya dengan lapang dada dan rasa ikhlas.
Keikhlasan diperlukan dalam setiap hal yang kita lakukan dan yang ingin kita raih. Menurut Al-Ustadz Abu Isma’il Muslim al-Atsari dalam tulisannya menjelaskan bahwa ikhlas secara etimologi adalah memurnikan, sedangkan secara terminologi syara’ artinya memurnikan niat dalam beribadah kepada Allah swt, hanya untuk mendapat ridha-Nya, menanti pahala di akhirat, dan menghapus niat yang syirik, misalnya riya’, sum’ah, meminta dipuji, balasan, ucapan terimakasih dari makhluk Allah, serta niat duniawi lainnya.
Dalam QS.Al-Bayyinah (98:5) perintah mengikhlaskan niat untuk Allah hukumnya wajib. Sebagaimana Allah berfirman, “Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.”
Jadi, kita sebagai seorang insan yang bertaqwa hendaknya memiliki jiwa keikhlasan untuk dapat menjalankan keseimbangan dalam perbuatan antara yang terlihat (dzahir) dan tersembunyi (bathin). Pesantren memiliki salah satu panca jiwa, yakni ‘jiwa keikhlasan’, dimana seluruh civitas dididik untuk tidak mengharap imbalan apapun serta niat semata-mata lillahi ta’ala. (Tan/*)
